Jumlah Shalat Rawatib Nabi SAW Lengkap

Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut shalat Qobliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut shalat Ba'diyah. Shalat sunnah rawatib terbagi dua bagian, yaitu sunnah Muakkad dan sunnah Ghairu Muakkad. 

Hikmah disyari’atkannya shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.

Sedangkan shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan ketika melakukannya.

SUNNAH RAWATIB MUAKAD

- Shalat rawatib Subuh (Shalat Fajar)

Hadist dari 'Aisyah r.a

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua raka'at sunnah fajar (qobliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725)

‘Aisyah r.a mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – عَلَى شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ

“Nabi SAW tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.” (HR. Bukhari no. 1169)

Ket : Nabi SAW sangat bersemangat melakukan shalat ini, sampai-sampai ketika safar pun beliau terus merutinkannya.

- Shalat rawatib Zhuhur

Ada tiga macam pelaksanaan shalat rawatib zuhur.

Pertama: Empat raka'at sebelum zhuhur dan dua raka'at sesudah zhuhur sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits ‘Aisyah. Nabi SAW bersabda,

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka'at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka'at tersebut adalah empat rakaat sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” (HR. Tirmidz no. 414, dari ‘Aisyah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua: Empat raka’at sebelum zhuhur dan empat raka’at sesudah zhuhur. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Habibah. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah empat raka’at sebelum dzhuhur dan empat raka’at sesudah dzhuhur, maka akan diharamkan baginya neraka.” (HR.Abu Daud no. 1269, An Nasa-i no. 1816, dan At Tirmidzi no. 428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Ketiga: Dua raka’at sebelum zhuhur dan dua raka’at sesudah zhuhur. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan,

فِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ

“Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh raka’at (sunnah rawatib), yaitu dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum Shubuh.” (HR. Bukhari no. 1180.)

- Shalat rawatib Maghrib dan 'Isya

Dalil shalat rawatib maghrib dan 'isya sebagaimana telah dikemukakan dalam hadist dari 'Aisyah dan Ibnu 'umar di atas (Rawatib dzuhur pertama dan ketiga)

SUNNAH RAWATIB GHAIRU MUAKKAD

- Shalat sunnah ba'diyah Zhuhur :

عَنْ اُمّ حَبِيْبَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ حَافَظَ عَلَى اَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ اَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ. ابو داود و الترمذى

Dari Ummu Habibah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tetap mengerjakan empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudah Dhuhur, niscaya Allah mengharamkan dia masuk neraka”. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

Ket : Shalat sunnah sesudah Dhuhur (Ba'diyah Dhuhur) itu empat rakaat, dua rakaat Muakkad dan dua rakaat yang lain tidak Muakkad.

- Shalat sunnah qobliyah ‘Ashar 

عَنْ عَلِيّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلّى قَبْلَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ. ابو داود

Dari ‘Ali AS, bahwasanya dahulu Nabi SAW shalat dua raka’at sebelum shalat ‘Ashar. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 23, no. 1272] 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ اْلعَصْرِ. احمد و ابو داود و الترمذى و حسنه و ابن خزيمة و صححه، فى بلوغ المرام 

Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati orang yang mengerjakan shalat sunnah empat raka’at sebelum ‘Ashar”. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan Ibnu Khuzaimah, dan ia menshahihkannya, dalam Bulughul Maram no. 382] 

Keterangan : 
Hadits tentang shalat sunnah qabliyah ‘Ashar empat raka’at ini ada ulama yang menganggap hasan atau mengesahkannya. Namun ada pula yang melemahkannya. Bahkan Ibnu Taimiyah menolaknya dengan keras dan menganggap hadits itu maudlu’, walloohu a’lam. [Zaadul Ma’aad juz 1, hal. 311]

- Shalat sunnah ba'diyah ‘Ashar : 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: وَ الَّذِيْ ذَهَبَ بِهِ مَا تَرَكَهُمَا حَتَّى لَقِيَ اللهَ وَ مَا لَقِيَ اللهَ تَعَالَى حَتَّى ثَقُلَ عَنِ الصَّلاَةِ. وَ كَانَ يُصَلّى كَثِيْرًا مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا تَعْنِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ. وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّيْهِمَا وَ لاَ يُصَلّيْهِمَا فِى اْلمَسْجِدِ مَخَافَةَ اَنْ يُثَقّلَ عَلَى اُمَّتِهِ. وَ كَانَ يُحِبُّ مَا يُخَفّفُ عَنْهُمْ. البخارى 

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat 2 raka’at sehingga beliau bertemu dengan Allah dan beliau tidak bertemu dengan Allah Ta’ala sehingga beliau terasa berat melakukan shalat. Dan beliau sering melakukan shalatnya dengan duduk, yakni shalat 2 raka’at sesudah ‘Ashar, dan Nabi SAW biasa mengerjakan shalat 2 raka’at sesudah ‘Ashar itu tidak di dalam masjid, karena takut akan memberatkan ummatnya dan beliau senang terhadap sesuatu yang membuat ringan bagi ummatnya”. [HR. Bukhari 1 : 146] 

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ، صَلَّى النَّبِيُّ ص بَعْدَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَ قَالَ: شَغَلَنِى نَاسٌ مِنْ عَبْدِ اْلقَيْسِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ. البخارى

Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Nabi SAW pernah shalat dua raka’at sesudah ‘Ashar, lalu beliau bersabda, “Orang-orang dari suku ‘Abdul Qais telah menyibukkan aku dari shalat dua raka’at sesudah Dhuhur”. [HR. Bukhari 1 : 146] 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ عِنْدِى قَطُّ. مسلم، البخارى 

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan (shalat) dua raka’at sesudah ‘Ashar”. [HR. Muslim 1 : 572, Bukhari 1 : 146] 

Akan tetapi ada dalil tentang larangan shalat setelah Shubuh dan 'Ashar. 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ اْلعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَ عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. مسلم ، البخارى 

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW melarang shalat ba’da ‘Ashar sehingga terbenam matahari, dan melarang shalat ba’da Shubuh sehingga terbit matahari. [HR. Muslim 1 : 566, Bukhari 1 : 146] 

Keterangan : 
1. Ibnu ‘Abbas, ‘Abdur Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhromah pernah menyuruh Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas) untuk datang kepada ‘Aisyah menanyakan tentang dua raka’at sesudah shalat ‘Ashar, karena mereka itu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW melarang melakukannya. Setelah Kuraib datang kepada ‘Aisyah, kemudian ‘Aisyah mengarahkan supaya ia menanyakan kepada Ummu Salamah.

Ummu Salamah menjawab, “Aku pernah mendengar Nabi SAW melarangnya, kemudian aku melihat beliau mengerjakannya. Kemudian aku menyuruh seorang jariyah untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW”. Kemudian jawab Nabi SAW, “Tadi beberapa orang kaum ‘Abdul Qais datang kepadaku membicarakan tentang kaumnya yang masuk Islam, sehingga mereka menyibukkanku dari mengerjakan dua raka’at sesudah Dhuhur. Dan (dua raka’at) yang saya lakukan sesudah ‘Ashar ini adalah (gantinya) dua raka’at sesudah Dhuhur itu. [Ringkasan hadits riwayat Muslim 1 : 571] 

2. ‘Aisyah berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan dua raka’at sesudah ‘Ashar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 572, Bukhari juz 1, hal. 146]

3. Nabi SAW pernah melarang shalat sesudah shalat ‘Ashar dan Shubuh. 

4. Nabi SAW mengerjakan dua raka’at sesudah ‘Ashar pada mulanya sebagai ganti dua raka’at sesudah Dhuhur yang tidak sempat beliau kerjakan, kemudian shalat dua raka’at sesudah ‘Ashar tersebut menjadi kebiasaan beliau yang tidak pernah beliau tinggalkan.

- Dua rakaat sebelum Shalat Maghrib :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ. صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ، ثُمَّ قَالَ فِى الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةً اَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً. البخارى

Dari Abdullah bin Mughoffal Al Muzani berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW, “Shalatlah Qabliyah Maghrib, shalatlah Qabliyah Maghrib”. Dan beliau bersabda yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang mau”. Karena Rasulullah tidak suka orang menjadikannya suatu ketetapan. [HR. Bukhari]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا نُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يَرَانَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَ لَمْ يَنْهَنَا. مسلم

Dari Ibnu Abbas RA berkata : "Kami biasa shalat dua rakaat sesudah matahari terbenam, sedang Nabi SAW melihat kami, tetapi beliau tidak memerintahkan kami dan tidak melarang kami". [HR. Muslim]

Kesimpulan 
1. Manfaat Shalat Sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.

2. Sedangkan shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan ketika melakukannya.

3. Total jumlah Shalat Rawatib (Muakkad dan Ghairu Muakkad)


Wallohu a'lam bishowwab.

You might also like

0 Comments


EmoticonEmoticon