Dampak Buruk Bagi Orang yang Marah

Marah adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin. Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar. 

Tingkat kesabaran seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma'nawiyah (keimananan) seseorang. 

Adakalanya, seseorang bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menyudutkan dan menghina diri kita dan keluarga kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. 

Rasulullah -sholallohu alaihi wassalam- selalu mengajarkan kepada umat Islam agar selalu sabar dalam menghadapi masalah. Beliau selalu menunjukkan bahwa kesabaran dan lapang dada itu lebih tinggi nilainya dari pada harta. 

Ghadhab yang berarti marah atau pemarah. Ghadhab termasuk sifat tercela, karena marah itu bersumber dari setan. 

Rasulullah -sholallohu alaihi wassalam- bersabda:

إِنَّ اْلغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ بِاْلمـَاءِ فَإِذَا غَضَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضّأْ 

Artinya: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sungguh, setan itu dijadikan dari api, dan sungguh, api itu dapat padam dengan air. Jika seseorang kamu marah, segeralah berwudu." (HR. Abu Dawud) 

Dari hadist di atas, menegaskan bahwa ghadhab atau marah sifat tercela dan bersumber dari setan. Dan apabila kita dalam keadaan marah, Rasululloh -sholallohu alaihi wasalam- menganjurkan untuk berwudu.

Seseorang yang sedang marah memiliki kecenderungan tidak dapat mengontrol dirinya. Untuk itulah sebagai orang Islam harus pandai-pandai mengendalikan diri agar tidak sampai mudah marah. Orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang muttaqin. 

Allah -subhanahu wata'ala-berfirman:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 

Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran:134) 

Adapun dampak buruk dari sikap marah, antara lain sebagai berikut : 

1. Tidak dapat berfikir tenang dalam menghadapi permasalahan yang di hadapi.
2. Tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara baik berdasarkan pertimbangan pikiran sehat.
3. Jika sering marah, dapat menimbulkan tekanan darah tinggi yang membahayakan kesehatan jasmani dan rohani.
4. Sikap ghadhab (marah) dapat menimbulkan kekecewaan atau sakit hati orang lain karena cenderung tidak bisa mengontrol diri sendiri sehinga rawan untuk berkata kasar. 
5. Dapat menimbulkan kerugian materi, jika disertai dengan perbuatan anarkis. 

Oleh karena itu sifat ghadhab (marah) merupakan sifat tercela maka, kita harus berusaha menghindarkan diri dari sifat tersebut. Sebagai orang yang beriman dan bertakwa, harus menghindari rasa marah. Meredam kemarahan dengan kesabaran. Hati yang sabar akan membawa seseorang untuk berpikir secara cermat dalam menghadapi suatu permasalahan. 

Demikianlah bacaan madani ulasan tentang dampak buruk bagi orang yang marah. Mudah-mudahan kita bisa selalu menahan amarah kita, sebab marah akan mendatngkan kerugian bagi orang yang marah sendiri dan orang yang dimarahi. Semoga bermanfaat. Aamiin.

Wallohu a'lam bishowab. 

You might also like

0 Comments


EmoticonEmoticon